Siapapun bisa membuat foto air terjun yang bagus dan
indah atau hanya sekedar air mengalir disungai yang riaknya tidak begitu besar.
Jadi, kita tidak perlu khawatir. Yang terpenting adalah kita tidak boleh bosan
untuk terus belajar dengan mempraktekannya. Air terjun seperti apa pun bisa
terlihat bagus seperti yang kita inginkan jika kita tahu kecepatan rana (shutter speed)
yang digunakan. Jadi kunci utamanya adalah memilih kecepatan rana (shutter
speed) yang tepat. Berikut saya bagikan beberapa tips memotret air terjun.
Apa jenis air terjun yang kita inginkan?
Ada beberapa jenis foto air terjun. Air terjun yang
halus seperti kapas atau awan, air terjun yang kasar seperti air beku, atau
diantara keduanya. Kecepatan rana (shutter speed) yang kita gunakan yang
menentukan semua itu. Air terjun yang bergerak cepat maupun yang bergerak
bergerak lambat tidak akan jadi masalah jika kita paham penggunaan dan efek
dari berbagai tingkat kecepatan rana tersebut. Kecepatan rana yang tinggi akan
membuat efek gerakan berhenti, sedangkan kecepatan rana yang rendah akan
membuat efek kabur.
Air Terjun Yang Bergerak Cepat
Ketika air terjun bergerak sangat cepat dan kita
ingin memotret gerakan air tersebut, coba gunakan kecepatan rana tinggi
misalnya 1/750 detik. Hasil foto air terjun tersebut pasti akan tampak seperti
membeku (freeze). Atau bisa juga kita mencobanya disekitar rumah, misalnya
memotret air hujan yang keluar dari talang atau air yang keluar dari kran.
Kecepatan rana tinggi akan sangat terbantu jika dilakukan pada waktu tengah
hari dengan kondisi cuaca cerah dan matahari bersinar terang.
Air Terjun Yang Bergerak Lambat
Kita bisa mendapatkan tampilan foto yang halus atau
lembut dengan menggunakan kecepatan rana lambat. Kita bisa mencoba menggunakan
kecepatan rana 1/30 sampai dengan 1/5. Semakin lambat kecepatan rananya, efek
blur akan semakin kuat. Sulit untuk menentukan secara pasti pada kecepatan rana
berapa yang ideal untuk menghasilkan efek halus pada air terjun. Hal ini
terkait kecepatan aliran air terjun yang berbeda-beda dan tentunya kondisi
cuaca yang berbeda pula. Kita harus benar-benar perlu untuk bereksperimen untuk
mendapatkan hasil yang kita inginkan.
Kecepatan rana yang ideal untuk menghasilkan efek
halus menurut saya diantara kedua kecepatan rana tersebut diatas (1/30 detik –
1/5 detik). Selain kecepatan aliran air dan kondisi cuaca, ada hal lain yang
harus kita perhatikan juga misalnya cipratan air. Semakin cepat aliran air,
semakin banyak pula cipratan air yang dihasilkan.
Gunakan Tripod
Gunakan Tripod
Tripod adalah syarat utama jika kita
memotret dengan kecepatan rana rendah. Tujuan kita adalah membuat halus aliran
air saja, bukan secara keseluruhan :). Jadi kamera tidak boleh bergerak ketika
mengambil foto dengan kecepatan rana rendah. Buat posisi kamera stabil dengan
menggunakan tripod.
Gunakan filter bila diperlukan.
Ada kalanya kita akan menjumpai kondisi yang yang
bertolak belakang, misalnya kita akan mengambil foto dengan kecepatan rana
rendah sedangkan cuaca saat itu cerah. Walaupun sudah ditunjang dengan bukaan
diafragma kecil dan ISO yang rendah, kita belum mendapatkan kondisi ideal. Ada
baiknya kita menggunakan filter Neutral
Density (ND). Filter ND juga ada beberapa tingkatan, mulai ND3, ND6, ND8, dsb.
Saya sendiri menggunakan ND8.
Manfaatkan mode Shutter Priority pada
kamera
Fotografi memang tidak sederhana, oleh karena itu
kamera sekarang ini banyak dilengkapi feature yang memudahkan kita dalam
berlatih dan bereksperimen. Gunakan mode Shutter Priority dalam
berlatih. Kita bisa mencoba memotret dengan berbagai tingkat shutter
speed/kecepatan rana , sedangkan aperture/bukaan
diafragma, ISO atau fungsi
lain akan dibantu diolah oleh kamera secara langsung / otomatis.
Contoh foto Slow Speed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar