Kamis, 28 April 2016

Contoh membaca kode-kode lensa Canon

EF 24-105mm f/4.0L IS USM


EF – ElectroFocus, dapat digunakan untuk full frame dan non-full fram.
24-105mm – Zoom Lens dengan panjang fokal lensa 24mm s/d 105mm.
f/4.0 – Diafragma konstan pada f/4.0.
L – Termasuk dalam jajaran lensa tipe Luxury (L).
IS – Lensa tersebut sudah dilengkapi teknologi Image Stabilizer.
USM – Motor autofocusnya berjenis ultrasonic motor (USM).

EF 50mm f/1.2L USM


EF – ElectroFocus, dapat digunakan untuk full frame dan non-full frame.
50mm – Prime Lens dengan panjang fokal lensa 50mm.
f/1.2 – Diafragma konstan pada f/1.2.
L – Termasuk dalam jajaran lensa tipe Luxury (L).
USM – Motor autofocus yang digunakan sudah berjenis ultrasonic motor (USM).


EF-S 10-22mm f/3.5-4.5 USM


EF-S – ElectroFocus Shortback, dapat digunakan hanya untuknon-full frame.
10-22mm – Zoom Lens dengan panjang fokal lensa 10mm s/d 22mm.
f/3.5-4.5 – Diafragma variabel. Pada posisi 10mm, f/3.5 sedangkan pada posisi 22mm, f/4.5.
USM – Motor autofocus yang digunakan sudah berjenis ultrasonic motor (USM).

Contoh membaca kode-kode lensa Nikon

Nikon AF-S 17-55mm f/2.8 G IF-ED DX


AF-S – AutoFocus dan mempunyai motor sendiri, dapat digunakan untuk kamera yang ada motor fokus maupun yang tidak ada.
17-55mm – Zoom Lens dengan panjang fokal lensa 17mm s/d 55mm.
f/2.8 – Diafragma konstan pada f/2.8.
G – Tipe G, tidak memiliki ring aperture.
IF – Elemen fokus berada di dalam lensa.     
ED – Menggunakan lensa ED untuk meminimalkan efek chromatic aberration.
DX – Lensa khusus didisain untuk kamera Nikon non-full frame (DX-format).

Nikon AF-S 70-300mm f/4.5-5.6 G IF ED VR


AF-S – AutoFocus dan mempunyai motor sendiri, dapat digunakan untuk kamera yang ada motor fokus maupun yang tidak ada.
70-300mm – Zoom Lens dengan panjang fokal lensa 70mm s/d 300mm.
f/4.5-5.6 – Diafragma variabel. Pada posisi 70mm, f/4.5 sedangkan pada posisi 300mm, f/5.6.
G – Tipe G, tidak memiliki ring aperture.
IF – Elemen fokus berada di dalam lensa.
ED – Menggunakan lensa ED untuk meminimalkan efekchromatic aberration.
VR – Dilengkapi dengan sensor gerakan yang mendeteksi pergerakan / getaran tangan.

Nikon AF-S 85mm f/3.5 IF ED VR II DX Micro


AF-S – AutoFocus dan mempunyai motor sendiri, dapat digunakan untuk kamera yang ada motor fokus maupun yang tidak ada.
85mm – Prime Lens dengan panjang fokal lensa 85mm.
f/3.5 – Diafragma konstan pada f/3.5.
IF – Elemen fokus berada di dalam lensa.
ED – Menggunakan lensa ED untuk meminimalkan efekchromatic aberration.
VR – Dilengkapi dengan sensor gerakan yang mendeteksi pergerakan/getaran tangan.
DX – Lensa khusus didisain untuk kamera Nikon non-full frame (DX-format).
Micro – Lensa khusus untuk keperluan fotografi makro.



Tips Menghemat Baterai Supaya Tahan Lama

Perkembangan teknologi kamera digital semakin lama semakin beragam baik dari fitur kamera, LCD screen, auto focus maupun flash. Sayangnya perkembangan baterai tidak sesignifikan teknologi tersebut. Fitur kamera digital dan asesoris tersebut justru semakin cepat menghabiskan daya baterai.


Ya, tiga fitur kamera digital tersebut yang paling banyak menguras daya baterai. Jadi, baiknya kita pahami dulu fitur-fitur tersebut sebelum kita mempelajari lebih lanjut mengenai tips menghemat baterai kamera digital kita.


LCD Screen
LCD screen merupakan bagian kamera yang paling banyak menguras daya baterai kamera. Memang kita tidak bisa berkompromi untuk hal ini karena lewat LCD lah semua informasi kamera bisa kita lihat. Kita bisa saja mematikan LCD melalui pilihan menu display, tetapi hal ini tentu sangat tidak mengenakkan ketika kita menggunakan kamera tersebut. Alternatif yang terbaik adalah dengan mengeset LCD dengan pencahayaan yang minimal. Kita tetap bisa melihat semua informasi kamera sedangkan pemakaian daya baterai dari LCD dapat kita kurangi.

Auto focus dan Zooming
Auto focus lensa pada saat kita melakukan zooming in (memperbesar obyek secara optikal) dan zooming out (mengecilkan obyek secara optikal) juga cukup menguras daya baterai. Motor akan terus bekerja ketika kita melakukan auto focusing dan zooming tersebut. Kita bisa mengurangi frekuensi auto focusing dan zooming untuk menghemat daya baterai.


Flash
Flash menggunakan daya baterai yang cukup banyak dalam penggunaannya. Daya baterai akan berulang kali diserap untuk mengisi ulang flash. Jadi, gunakan flash jika memang kondisi pencahayaan lokasi pemotretan sangat kurang. Prioritaskan pemotretan tanpa flash lebih dahulu. Kita bisa menggunakan aperture yang besar atau ISO yang tinggi. Jika kita cukup kokoh dalam memegang kamera, kita bisa mengurangi shutter speed-nya. Lebih baik lagi jika kita menggunakan tripod.

Ada beberapa tips lain untuk menghemat dan merawat baterai kamera digital kita

1. Aktifkan fitur Power Saving. Fitur ini akan menon-aktifkan kamera jika tidak kita gunakan dalam jangka waktu tertentu tanpa mematikan kamera sepenuhnya. Kita bisa mengatur sesuai keinginan kita. Akan tetapi, jika kita memang sudah selesai menggunakan kamera, kita tetap harus mematikan kamera melalui switch on/off-nya.
2. Tempatkan baterai dan kamera pada suhu udara normal, kurang lebih sekitar 25°C. Jika Suhu udara dingin akan mempercepat habisnya daya baterai dan suhu panas dapat merusak struktur baterai.
Jangan biarkan baterai dan kamera terkena cahaya matahari secara langsung dan jauhkan dari sumber panas lainnya.
3. Jika baterai kita jenis lithium ion, isi ulang baterai sebelum benar-benar habis dayanya. Struktur baterai akan rusak jika baterai digunakan sampai habis dayanya.
4. Lepas baterai dari body kamera jika kita tidak menggunakannya. Hal ini untuk menghindari rusaknya kamera jika terjadi kebocoran pada baterai.

Baterai seperti apa yang harus di beli?

Jika kita mempunyai alokasi dana lebih, menyiapkan baterai cadangan sangat dianjurkan. Apa jadinya jika ditengah-tengah penggunaan kamera, kita kehabisan baterai? Akan tetapi perlu diingat, kita harus membeli baterai yang kompatibel dengan kamera kita. Lebih baik lagi jika kita membeli sesuai dengan merek kamera kita. Bagi saya, resiko kerusakan kamera dan baterai tidak sebanding dengan selisih harga jika kita membeli baterai yang tidak direkomendasikan oleh produsen kamera tersebut.


Komposisi Foto – Diagonal Rule

Diagonal rule merupakan salah satu dari beragam konsep komposisi foto. Diagonal rule menyatakan bahwa foto akan tampak lebih dinamis jika obyek mengikuti konsep garis diagonal rule. Obyek tidak harus tampak seperti garis nyata maupun harus selurus mungkin. Sama seperti konsep rule of thirds, bahwa garis tersebut adalah garis imajiner dan merupakan garis bantu / guideline. Obyek bisa berupa jalan, sungai, atau garis massa suatu benda (bisa makhluk hidup atau benda mati).


Ada tiga garis bantu, satu garis utama berada tepat pada diagonalnya dan dua garis bantu di sebelah atas dan bawah. Penarikan dua garis bantu adalah 1/6 tinggi frame dan 1/6 lebar frame. Obyek sebisa mungkin berada dalam zona ketiga garis diagonal tersebut. Lihat detail seperti ilustrasi di atas. Coba kita lihat contoh foto yang mengikuti konsep tersebut.


Pada foto di atas, obyek diagonal bukan berupa satu obyek tetapi susunan kepala pilar. Jadi kita sebenarnya bisa mengambil apa saja untuk kita jadikan garis imajiner diagonal. Konsep diagonal juga mengalami perkembangan, tidak hanya seperti tersebut diatas. Coba kita lihat salah satu contoh perkembangan konsep diagonal rule lainnya di bawah ini.


Konsep tersebut tidak hanya untuk foto dengan posisi foto vertikal saja tetapi juga berlaku untuk posisi foto horisontal ataupun kebalikannya (mirrored). Coba kita lihat salah satu contoh foto yang mengikuti konsep tersebut.


Obyek diagonalnya adalah massa obyek foto, dalam hal ini garis massa patung. Kita tetap bisa memanfaatkan obyek apa saja untuk dijadikan garis imajiner diagonal. Secara tidak langsung, kita harus jeli dan kreatif dalam memanfaatkan benda-benda disekitar kita, dengan begitu hasil foto kita pasti akan lebih menarik dan lebih indah.




Tips Memotret Siluet

Sebelum kita masuk dalam tips memotret siluet, baiknya kita memahami dulu definisi siluet. Definisi siluet adalah efek yang dihasilkan dalam fotografi karena adanya perbedaan signifikan antara pantulan cahaya objek utama di bagian depan gambar dengan latar belakangnya. Untuk menghasilkan siluet, cahaya dari bagian belakang objek harus sangat terang kemudian ditangkap dengan mengukur luminitas cahaya latar belakang. Dengan kata lain foto siluet adalah suatu foto dengan obyek utamanya gelap total sedangkan backgroundnya terang.

Jadi yang terlihat adalah bentuk bayangan gelap dari obyek utama tadi. Sebenarnya membuat foto siluet tidak terlalu sulit, asal kita tahu dasar-dasarnya. Ada beberapa tips memotret siluet yang bisa saya bagikan yang dapat membantu dalam membuat foto siluet.

Matikan Flash
Syarat pertama adalah flash pada kamera harus dimatikan. Jika tidak maka kita hanya akan mendapatkan foto yang biasa karena obyek utama tidak gelap. Foto yang dihasilkan tidak beda dengan tips fill-in.

Pastikan kondisi pencahayaan dari backgroundnya tepat (backlight yang tepat)
Untuk menghasilkan foto siluet, background harus lebih terang daripada obyek utamanya. Itulah sebabnya kenapa kebanyakan foto siluet dilakukan saat pagi sampai dengan sore hari. Banyak foto siluet yang bagus dihasilkan pada saat matahari terbenam atau terbit. Hanya saja jangan membatasi diri dengan waktu tersebut. Foto siluet bisa dihasilkan kapan saja. Intinya kita harus menempatkan background yang lebih terang dibandingkan obyek utama.

Carilah background yang tepat
Selain background yang lebih terang, carilah background yang menarik juga. Background akan lebih baik jika tidak terlalu ramai sehingga obyek utama bisa terlihat lebih menonjol. Langit dan pantai merupakan favorit penyuka foto siluet.

Cari bentuk obyek yang menarik
Foto yang baik tentunya menonjolkan obyek utamanya, jadi pesan foto dapat diterima dengan tepat. Carilah obyek utama yang mempunyai bentuk menarik dan memiliki karakter yang kuat.

Ukur exposure dengan tepat (manual/ auto)
Sebisa mungkin gunakanlah mode manual exposure. Set mode metering pada spot metering. Lakukan pengukuran pada area background yang paling terang. Pastikan kombinasi aperture dan shutter speed sesuai dengan hasil metering yang dihasilkan. Pada saat menentukan aperture, pastikan kita set sesuai keinginan kita (aperture besar untuk background yang agak dikaburkan sedangkan aperture kecil untuk background yang akan dibuat tajam). Setelah kita menentukan aperture dan shutter speed yang dipilih, arahkan kamera ke obyek utama. Atus letak obyek utama sesuai dengan komposisi fotoyang kita inginkan.
Jika kita kesulitan dalam menggunakan mode manual, kita juga bisa gunakan mode auto. Arahkan kamera ke area paling terang dari background, tekan setengah shutter (jangan sampai full), tahan setengah shutter tersebut sampai kita menentukan komposisi foto yang sesuai. Jika sudah sesuai dengan yang kita inginkan, lanjutkan tekan shutter sampai penuh (full).

Teruslah berlatih
Oke,  semakin sering kita berlatih, semakin bagus foto yang dihasilkan. Cobalah dengan berbagai kombinasi aperture dan shutter speed serta beragam komposisi foto sesuai kreatifitas kita.


Berikut salah satu contoh foto siluet


Memahami Kode-kode Lensa Canon DSLR

Untuk memahami fungsi dan jenis lensa Canon, tentunya kita juga harus paham kode-kode yang tertera pada lensa Canon tersebut. Bagi kebanyakan orang awam, kadang membingungkan karena tiap lensa dilengkapi dengan kode yang berbeda. Akan tetapi jika kita sudah paham, justru akan memudahkan dalam membaca dan memahaminya. Tiap merk lensa akan mempunyai kode-kode berbeda, baik itu Nikon, Sigma, Tamron, Sony maupun merk lensa lainnya. Saya coba rangkumkan secara singkat kode-kode lensa Canon tersebut.
           
EF – ElectroFocus
EF adalah singkatan dari ElectroFocus, yaitu lensa tersebut memiliki motor sendiri untuk autofokus. Lensa EF didesain khusus untuk kamera Canon full frame (EOS 5D Mark xx, EOS 1D Mark xx), tetapi tetap dapat digunakan pada bodi kamera non-full frame. Hanya saja perlu diperhatikan adalah adanya crop factor dari bodi kamera non-full frame, sehingga lebar gambar yang ditangkap akan berbeda hasilnya (lebih sempit).

EF-S – ElectroFocus Shortback
Sama seperti pada lensa EF, hanya saja secara fisik ujung belakang lensa lebih masuk ke dalammounting kamera. Lensa EF-S didesain khusus untuk kamera Canon non-full frame, jadi tidak bisa digunakan pada kamera full frame.

L – Luxury
Lensa yang serinya memang lebih mewah dibanding EF dan EF-S standar. Lensa Canon seri L dirancang menggunakan material optik berkualitas prima sehingga harganya jadi lebih mahal. Lensa tipe ini memang ditujukan untuk kalangan fotografer profesional atau pehobi kelas berat atau yang memang punya uang untuk membelinya :). Semua lensa seri L berada dalam tipe lensa EF sehingga bisa digunakan pada kamera full frame maupun kamera non-full frame.

IS – Image Stabilizer
Seperti namanya, lensa yang mempunyai kode ini dilengkapi dengan teknologi Image Stabilizer, yaitu teknologi yang berfungsi untuk mengkompensasi getaran tangan saat melakukan pemotretan. Fungsi ini sangat berguna untuk pemotretan dengan cahaya rendah atau saat pemotretan jarak jauh.

USM – Ultra Sonic Motor
Lensa yang dilengkapi kode USM berarti lensa tersebut memiliki motor auto focus yang lebih cepat, suara yang tidak berisik dan lebih hemat konsumsi baterenya. Kemudahan lainnya adalah kita bisa mengganti mode auto focus ke mode manual focus hanya dengan memutar ring lensa. Sangat berguna jika subyek foto bergerak terus.

DO – Diffractive Optic
Lensa dengan fitur DO dirancang untuk meminimalkan chromatic aberration (efek halo pada subjek foto) sekaligus mengurangi berat serta ukuran lensa.

f/number – Aperture Number
Kode ini menunjukkan nilai bukaan diafragma lensa. Ada 2 tipe, pertama adalah yang mempunyai nilai bukaan diafragma konstan, ditandai dengan 1 angka saja, misalnya f/2.8 atau f/4. Kedua, mempunyai nilai bukaan diafragma variabel, ditandai adanya 2 angka, misalnya f/3.5-4.5 atau f/3.5-5.6

Number(mm) – Angka Focal Length

Setiap lensa pasti ada angka focal length / panjang fokal. Kode tersebut jelas memang untuk menunjukkan panjang fokal lensa tersebut terhadap sensor image-nya. Ada 2 tipe, pertama jika hanya ada 1 angka saja berarti Prime Lens, misal 50mm atau 85mm. Kedua jika ada 2 angka berarti Zoom Lens, misal 24-105mm atau 18-55mm.

Memahami Kode-kode Lensa Nikon DSLR

Kode penamaan lensa-lensa Nikon lebih sulit dibandingkan dengan Canon. Walaupun begitu, sama seperti lensa lainnya, yaitu untuk mengenali jenis lensa dan fitur yang ada pada lensa tersebut. Saya coba rangkumkan secara singkat kode-kode lensa Nikon tersebut supaya lebih mengenal singkatan-singkatan yang dipakai dalam lensa Nikon.

DX
Lensa dengan kode huruf DX berarti lensa tersebut khusus didisain untuk kamera Nikon non-full frame(DX-format) seperti D3100, D5100, D5200, atau D300s. Lensa DX juga bisa dipakai dikamera Nikon full frame (FX-format) seperti D4, D600, atau D800, hanya saja resolusi foto yang dihasilkan akan berbeda.

AF
AF adalah singkatan dari Auto Focus, artinya adalah pencarian fokus bisa dilakukan secara otomatis melalui kamera. Secara sederhana Auto Focus adalah kebalikan dari Manual Focus.
AF-D – Auto Focus with Distance Information
Sama seperti lensa AF (Auto Focus), hanya saja dilengkapi dengan fitur informasi jarak kamera dan subyek foto. Tentunya informasi yang diberikan oleh lensa ini dikirim pada saat subyek foto sudah dalam keadaan fokus. Informasi jarak tersebut diolah oleh kamera untuk menentukan metering.

AF-S – Auto Focus Dengan Silent Wave Motor
Lensa AF-S memiliki motor didalamnya sehingga Auto Focus bisa bekerja dengan semua jenis kamera DSLR Nikon, baik memiliki motor sendiri maupun yang tidak memiliki motor sendiri.
IF – Internal Focusing
Lensa menggerakkan elemen-elemen internal untuk pencarian fokus. Jadi lensa ini tidak seperti kebanyakan lensa lain yang menggerakkan elemen depan lensa untuk pencarian fokusnya. Panjang lensa menjadi tetap karena barel depan tidak bergerak / berputar. Keunggulan lain fitur IF ini adalah mampu mencari fokus lebih cepat dibandingkan lensa non IF selain itu cocok jika kita menggunakan filter CPL atau ND.


RF – Rear Focusing
Lensa menggerakkan elemen-elemen belakang lensa untuk pencarian fokusnya.
SWM – Silent Wave Motor
Lensa dengan nama ini memiliki fitur penggantian mode pencarian fokus dari auto focus ke manual focus secara cepat hanya dengan memutar focusing ring, jadi berbeda dengan lensa AF-D yang menggunakan switch.

G
Jika kita melihat huruf G dibelakang angka bukaan diafragma lensa / aperture lensa, berarti lensa tersebut tidak memiliki ring pengatur bukaan diafragma lensa / aperture. Bukaan diafragma dikontrol melalui bodi kamera. Hampir semua lensa Nikon saat ini bertipe G.

ED – Extra Low Dispersion
Lensa ini menggunakan lensa ED yang meminimalkan efek chromatic aberration, efek yang disebabkan perpendaran cahaya yang melewati lensa karena perbedaan panjang gelombang cahaya.

DC – Defocus Control
Lensa dengan fitur ini memungkinkan kita untuk mengubah karakteristik distorsi lensa sehingga “tampilan” dari out-of-focus / bokeh suatu unsur di latar depan atau latar belakang dapat diubah untuk menghasilkan foto lebih menyenangkan terutama fotoportrait / potret.

VR – Vibration Reduction
Fitur untuk mereduksi getaran tangan. Fitur ini sama dengan fitur IS pada Canon. Jadi sangat berguna ketika kita memotret pada kecepatan rana / shutter speed rendah. Lensa berfitur VR dilengkapi dengan sensor gerakan yang mendeteksi pergerakan / getaran tangan dan kemudian mengkompensasinya sehingga bisa meminimalisir blur.

Micro
Nikon menggunakan kata Micro pada lensa makronya. Jadi artinya sama dengan macro / makro. Lensa untuk keperluan khusus fotografi makro.

N – Nano Crystal Coat
Nano Crystal Coat adalah lapisan lensa yang lebih mampu mengurangi pantulan cahaya yang datang tegak lurus terhadap lensa dibandingkan dengan lapisan / coating anti-refleksi konvensional. Lensa dengan lapisan Nano Crystal Coat mengurangi ghosting dan flare yang disebabkan oleh cahaya yang datang dengan sudut miring yang sulit dihilangkan oleh pelapis / coating konvensional.

PC-E – Perspective Control with Electronic Diapragm
Lensa ini mempunyai fitur tilt-shift sehingga lensa bisa digeser atau dibengkokkan. Biasanya digunakan untuk keperluan fotografi arsitektur.

SIC – Super Integrated Coating

Lensa yang dilengkapi dengan Super Integrated Coating, fitur yang mampu menghasilkan warna yang lebih bagus dan mampu meminimalkan ghosting dan flare.

Apa Itu Arti MM Pada Lensa Kamera DSLR

Singkatnya, MM menunjukkan panjang fokus (focal length). Tentunya kita ingin belajar lebih dari itu, apa artinya focal length dan bagaimana pemahaman serta fungsinya sehingga kita dapat meningkatkan ketrampilan fotografi kita. Seperti yang sudah kita ketahui, banyak terdapat lensa yang memiliki focal length yang berbeda-beda.

Beberapa dari lensa tersebut memiliki focal length variabel, seperti 18mm – 55mm. Akan tetapi ada juga yang memiliki focal length tetap/fixed. Lensa yang mempunyai focal length variabel disebut “zoom lens”, karena kita dapat dengan mudah mengubah focal length sehingga gambar bisa diatur mengecil atau membesar. Sedangkan lensa “fixed-length” tidak dapat melakukannya karena hanya memiliki satu ukuran focal length.


Definisi secara teori

Jika kita lihat secara matematika atau fisika, panjang fokus (focal length) adalah jarak antara lensa dan bagian belakang kamera dimana gambar terbentuk, dalam fotografi berarti sensor kamera atau film kamera. Pada lensa 55mm, berarti jarak antara lensa dan sensor kamera adalah 55 milimeter. Tentu kita tidak dapat mengukurnya secara langsung pada lensa kamera karena jarak tersebut berada dalam kamera dan lensa, tetapi jika tidak, tentu kita dapat mengukurnya langsung.

Penerapan dalam fotografi

Dari definisi secara teori sebelumnya, lalu bagaimana dapat diterapkan dalam kegiatan fotografi kita?  Gunakan pengetahuan tentang focal length tersebut sebagai keuntungan dalam meningkatkan kreatifitas kita. Apakah Anda pernah mendengar seseorang di suatu toko fotografi berbicara tentang lensa wideangle dan lensa tele ? Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang membuat sebuah lensa disebut wideangle dan sebuah lensa disebut tele? Jawabannya adalah karena focal length. Semakin kecil ukuran focal length maka sudut pandang gambar yang bisa ditangkap akan semakin lebar dan obyek akan terlihat semakin mengecil/menjauh. Sebaliknya, semakin besar ukuran focal length maka sudut pandang gambar yang bisa ditangkap semakin kecil dan obyek akan semakin terlihat membesar/mendekat. Lensa yang mempunyai angka focal length yang kecil itulah yang disebut lensa wideangle, dan lensa yang mempunyai angka focal length yang besar itulah yang disebut lensa tele.

Cara membaca kode MM pada lensa

Bagaimana kita mengenali dan membaca ukuran focal length dan memahami apa itu arti MM pada suatu lensa?  Coba kita lihat beberapa contoh berikut :
Lensa di bawah adalah contoh lensa yang mempunyai fixed focal length yaitu sebesar 50mm.


Sedangkan lensa yang satu ini adalah lensa yang mempunyai focal length variabel dengan bentang jarak sebesar 18mm sampai dengan 55mm.


Ada banyak ragam lensa dengan berbagai ukuran focal length. Kita bisa mengetahui dengan membaca kode-kode yang terdapat pada masing-masing lensa tersebut. Ragam-ragam ukuran focal length tersebutlah yang menjadikan lensa-lensa ada yang disebut lensa wideangle maupun tele. Anda bisa menyimak postingan Memahami Jenis Lensa DSLR untuk mengetahui lebih lanjut jenis-jenis lensa kamera DSLR. Untuk fungsi lensa wideangle dan lensa tele, akan saya bahas pada postingan selanjutnya.


Tips Memotret Air Terjun

Siapapun bisa membuat foto air terjun yang bagus dan indah atau hanya sekedar air mengalir disungai yang riaknya tidak begitu besar. Jadi, kita tidak perlu khawatir. Yang terpenting adalah kita tidak boleh bosan untuk terus belajar dengan mempraktekannya. Air terjun seperti apa pun bisa terlihat bagus seperti yang kita inginkan jika kita tahu kecepatan rana (shutter speed) yang digunakan. Jadi kunci utamanya adalah memilih kecepatan rana (shutter speed) yang tepat. Berikut saya bagikan beberapa tips memotret air terjun.

Apa jenis air terjun yang kita inginkan?

Ada beberapa jenis foto air terjun. Air terjun yang halus seperti kapas atau awan, air terjun yang kasar seperti air beku, atau diantara keduanya. Kecepatan rana (shutter speed) yang kita gunakan yang menentukan semua itu. Air terjun yang bergerak cepat maupun yang bergerak bergerak lambat tidak akan jadi masalah jika kita paham penggunaan dan efek dari berbagai tingkat kecepatan rana tersebut. Kecepatan rana yang tinggi akan membuat efek gerakan berhenti, sedangkan kecepatan rana yang rendah akan membuat efek kabur.

Air Terjun Yang Bergerak Cepat

Ketika air terjun bergerak sangat cepat dan kita ingin memotret gerakan air tersebut, coba gunakan kecepatan rana tinggi misalnya 1/750 detik. Hasil foto air terjun tersebut pasti akan tampak seperti membeku (freeze). Atau bisa juga kita mencobanya disekitar rumah, misalnya memotret air hujan yang keluar dari talang atau air yang keluar dari kran. Kecepatan rana tinggi akan sangat terbantu jika dilakukan pada waktu tengah hari dengan kondisi cuaca cerah dan matahari bersinar terang.

Hanya saja, sebagian besar penikmat foto air terjun, air yang tampak membeku tidak memunculkan suasana yang indah dan spesial atau bahkan spektakuler. Memang dalam beberapa kasus hasilnya bisa bagus, tetapi sangat jarang. Saya sendiri cenderung lebih tertarik pada foto air terjun yang halus atau lembut.

Air Terjun Yang Bergerak Lambat 

Kita bisa mendapatkan tampilan foto yang halus atau lembut dengan menggunakan kecepatan rana lambat. Kita bisa mencoba menggunakan kecepatan rana 1/30 sampai dengan 1/5. Semakin lambat kecepatan rananya, efek blur akan semakin kuat. Sulit untuk menentukan secara pasti pada kecepatan rana berapa yang ideal untuk menghasilkan efek halus pada air terjun. Hal ini terkait kecepatan aliran air terjun yang berbeda-beda dan tentunya kondisi cuaca yang berbeda pula. Kita harus benar-benar perlu untuk bereksperimen untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan.

Kecepatan rana yang ideal untuk menghasilkan efek halus menurut saya diantara kedua kecepatan rana tersebut diatas (1/30 detik – 1/5 detik). Selain kecepatan aliran air dan kondisi cuaca, ada hal lain yang harus kita perhatikan juga misalnya cipratan air. Semakin cepat aliran air, semakin banyak pula cipratan air yang dihasilkan.

Gunakan Tripod

Tripod adalah syarat utama jika kita memotret dengan kecepatan rana rendah. Tujuan kita adalah membuat halus aliran air saja, bukan secara keseluruhan :). Jadi kamera tidak boleh bergerak ketika mengambil foto dengan kecepatan rana rendah. Buat posisi kamera stabil dengan menggunakan tripod.
Gunakan filter bila diperlukan.

Ada kalanya kita akan menjumpai kondisi yang yang bertolak belakang, misalnya kita akan mengambil foto dengan kecepatan rana rendah sedangkan cuaca saat itu cerah. Walaupun sudah ditunjang dengan bukaan diafragma kecil dan ISO yang rendah, kita belum mendapatkan kondisi ideal. Ada baiknya kita menggunakan filter Neutral Density (ND). Filter ND juga ada beberapa tingkatan, mulai ND3, ND6, ND8, dsb. Saya sendiri menggunakan ND8.

Manfaatkan mode Shutter Priority pada kamera

Fotografi memang tidak sederhana, oleh karena itu kamera sekarang ini banyak dilengkapi feature yang memudahkan kita dalam berlatih dan bereksperimen. Gunakan mode Shutter Priority dalam berlatih. Kita bisa mencoba memotret dengan berbagai tingkat shutter speed/kecepatan rana , sedangkan aperture/bukaan diafragma, ISO atau fungsi lain akan dibantu diolah oleh kamera secara langsung / otomatis.

Contoh foto Slow Speed


Memahami Pengertian White Balance Dalam Fotografi

Pengertian White Balance dalam fotografi adalah pengaturan mengenai intensitas warna dari foto yang dihasilkan. Jadi, tujuan white balance adalah untuk mengatur warna, khususnya warna netral agar tampil seperti aslinya. Metode ini bisa juga disebut sebagai colour balance, neutral balance, atau gray balance.

Apa itu white Balance?


White balance dapat diartikan sebagai kemampuan kamera dalam membaca/menterjemahkan warna putih berdasarkan sumber cahaya yang ada. Akan tetapi perlu diperhatikan, sekalipun warna putih yang jadi fokus olahan kamera, warna-warna lain juga akan terpengaruh. Lihat contoh perbedaan-perbedaan dari pengaturan white balance dalam satu foto yang sama di halaman bawah.

Sumber cahaya mempengaruhi kemampuan kamera dalam membaca warna putih karena setiap sumber cahaya mempunyai suhu yang berbeda sehingga bisa mempengaruhi kamera dalam membaca warna putih. Sumber cahaya dari lampu TL (neon) akan menghasilkan warna yang kebiru-biruan (cool colour) pada foto kita, sedangkan sumber cahaya dari lampu bohlam akan menghasilkan gambar kekuning-kuningan/kemerah-merahan (warm color) pada foto kita.
Kita harus mengatur white balance pada kamera kita setiap kali mau melakukan pemotretan. Pilihan mode white balance tergantung dari sumber cahaya yang kita temui di lokasi pemotretan pada saat kita mengambil foto.

Kamera digital sekarang sudah dilengkapi pengaturan mode white balance. Beberapa mode yang umum terdapat pada kamera digital antara lain adalah :

AUTO

Mode auto atau sering juga disingkat dengan AWB (Auto White Balance), berfungsi secara otomatis membaca warna putih yang dihasilkan oleh cahaya disekitar.

DAYLIGHT

Kondisi lokasi pengambilan foto pada tempat terbuka (outdoor), yaitu pada saat matahari bersinar terang dan langit berwarna biru. Kondisi seperti ini, warna putih akan terbaca secara kasat mata oleh kamera. Biasanya diberi simbol matahari.


CLOUDY

Kondisi lokasi pengambilan foto pada tempat terbuka (outdoor), tetapi pada saat pemotretan kondisinya berawan. Efek warna yang dihasilkan akan tampak pucat, maka untuk meningkatkan warna mode cloudy dapat digunakan. Biasanya diberi simbol gambar awan.

SHADE

Kondisi dimana kita mengambil obyek yang berada dibawah bayangan benda lain. Hasil foto normalnya akan kebiru-biruan. Untuk memunculkan warna yang lebih alami/natural, kita bisa menggunakan mode shade. Biasanya diberi simbol rumah dengan bayangan.

TUNGSTEN

Kondisi lokasi pengambilan foto di dalam ruangan (indoor) yang sumber cahayanya didomonasi oleh lampu pijar/bohlam yang akan menghasilkan warna kekuning-kuningan/kemerah-merahan sehingga lebih bagus jika menggunakan mode tungsten sehingga warna menjadi lebih sejuk. Biasanya diberi simbol lampu bohlam.

FLOURESCENT

Kondisi lokasi pengambilan foto di dalam ruangan (indoor) yang sumber cahayanya didomonasi oleh lampu TL (neon) yang akan menghasilkan warna kebiru-biruan (cool) sehingga akan lebih bagus jika menggunakan mode fluorescent supaya warna agak lebih hangat (warm). Biasanya diberi simbol seperti lampu TL.

FLASH

Jika kita menggunakan flash pada saat pemotretan, hasil warna pada gambar akan kebiru-biruan akibat pancaran cahaya flashnya. Supaya foto yang dihasilkan lebih hangat sifatnya, gunakanlah mode flash untuk menaikkan warna. Biasanya diberi simbol kilat.

CUSTOM

Custom WB pada intinya kita mereferensikan warna putih pada kamera digital. Caranya dengan menggunakan white/grey card yang memang di desain untuk keperluan pengaturan custom white balance. Kita juga bisa menggunakan kertas putih bersih kemudian kita potret kertas putih tersebut. Setelah itu hasil foto dibandingkan dengan kertas aslinya dengan kondisi yang sama pada saat pemotretan. Pilih custom white balance pada menu dan set foto kertas putih tersebut. Apabila sudah selesai maka kita telah memberikan referensi warna putih pada kamera dan kemudian kamera akan menyesuaikannya dengan warna-warna yang lain.

Dengan mengatur mode white balance sesuai dengan kondisi dan lokasi pemotretan, kita akan dapat menghasilkan warna yang lebih akurat dan lebih alami.
Berikut beberapa contoh perbedaan dari masing-masing mode white balance.

Contoh 1

Contoh 2 


Memahami Apa Itu Pengertian Flare Lensa Dalam Fotografi

Apa itu pengertian flare lensa dalam fotografi? Pengertian flare lensa adalah kilauan warna dan bentuk asing pada foto yang muncul akibat memotret subyek saat berhadapan langsung dengan sumber cahaya. Ketika ini terjadi, biasanya subyek foto kita akan menjadi underexposure, dimana background lebih overexposure. Selain itu, konsekuensi lainnya dari flare lensa adalah kontras dan saturasi warna foto-foto kita juga akan menjadi berkurang.


Dalam dunia fotografi, kita tentu sudah pernah mendengar jika memotret dengan posisi langsung berhadapan dengan sumber cahaya adalah suatau kesalahan. Teknik yang sekaligus akan menghasilkan efek flare lensa pun menjadi sangat dihindari karena pendapat ini. Tidak hanya oleh para fotografer yang masih awam, tetapi juga oleh fotografer professional. Bahkan Nikon khusus menciptakan produk anti refleksi flare lensa yang bernama ” Nikon Nano Crystal” untuk meminimalkan atau bahkan menghilangkan efek flare lensa tersebut.

Padahal dalam dunia yang berbeda, yaitu dunia cinematography, flare lensa justru dianggap menarik dan menambah keindahan setiap adegan dalam film. Tak tanggung-tanggung, industri perfilman Hollywood juga beranggapan seperti itu, sehingga sangat sering kita menjumpai film dari Hollywood yang menampilkan scene-scene dengan hiasan flare lensa di dalamnya. Dan pasti kita setuju jika hal tersebut juga menarik bukan? Lalu kenapa tidak kita coba memanfaatkan flare lensa untuk mempercantik foto kita sehingga foto yang kita hasilkan akan tampak berbeda? Tergantung dari selera kita masing-masing.

Perlu kita ketahui, flare lensa sebenarnya adalah cahaya yang masuk lalu terpantul dalam elemen kaca pada lensa. Pantulan bernama flare lensa ini biasanya paling sering terjadi pada kamera dengan optic yang strukturnya rumit, namun bukan tidak mungkin jika optic biasa atau dengan stuktur sederhana dapat menghasilkan efek flare lensa ini.

Flare lensa bisa dengan mudah diterapkan dalam foto kita, mulai dari pengambilan secara potrait, landscape, still life, atau yang lainnya. Selain itu, berbagai sistem kamera jenis apapun saat ini juga telah mendukung terjadinya flare lensa, baik itu DSLR canggih super mahal, hingga pocket kamera berharga ekonomis pun bisa kita manfaatkan untuk menampilkan flare lensa pada foto.

Seperti yang telah dikatakan diatas, untuk menghasilkan efek flare lensa, kita hanya perlu mengarahkan kamera ke subyek yang berhadapan langsung dengan sumber cahaya. Para fotografer biasanya memilih sinar matahari, lampu jalan, lampu meja, senter, dan flash light, sebagai sumber cahaya penghasil flare lensa cantik pada foto-foto mereka.