Teknologi
image stabilizer (Canon) atau vibration reduction (Nikon) dibuat untuk
mengkompensasi goyangan (shake) kamera saat kita memotret supaya fotonya lebih
tajam. Sehebat dan semahal apapun lensa, saat kamera mengalami shake maka hasil
foto akan berkurang ketajamannya.
Salah
satu aturan tradisional foto tetap tajam meskipun kita memotret tanpa tripod
adalah dengan menggunakan shutter speed yang mendekati focal length lensa.
Sebagai contoh saat memotret dengan lensa 100mm, maka dengan menggunakan
shutter speed 1/100 detik atau lebih cepat foto akan lebih. Saat memakai kamera
crop (APSC),
aturan tradisional tersebut juga berubah mengikuti crop factor. Jadi saat
memakai kamera crop dengan lensa 100mm, kita membutuhkan paling tidak shutter
speed 1/160 detik atau lebih cepat.
Teknologi Image
Stabilizer & Vibration Reduction
Permasalahan
utama dengan aturan tradisional diatas adalah saat mengambil foto di kondisi
low light. Saat berada di ruangan yang remang, akan sangat susah mencapai
shutter speed yang cukup cepat. Mungkin bisa dengan menaikkan ISO, namun bukan
jaminan dan ISO yang super tinggipun kadang membuat foto hilang ketajaman
karena foto terlihat soft.
Untuk
mengatasinya, produsen kamera dan lensa menciptkan teknologi Image Stabilizer
(IS di Canon) atau Vibration Reduction (VR di Nikon), merk lain menamai
teknologi ini dengan istilah lain dan metodenya juga berbeda-beda, kita ambil 2
merk utama dulu ya. Pada intinya, teknologi IS dan VR akan menstabilkan posisi
elemen-elemen optik didalam lensa relatif terhadap goyangan kamera, sehingga
memungkinkan kita menggunakan shutter speed yang rendah dan fotonya tetap tajam.
Menggunakan Image Stabilizer / Vibration
Reduction
Saat
kita menggunakan lensa yang dilengkapi dengan IS atau VR, aktifkan fitur IS/VR
dengan memilih selektor. Saat IS/VR di posisi ON mereka akan mulai aktif setiap
kali kita memencet tombol shutter release separuh, ini ditandai dengan suara
berputar lembut dari dalam lensa.
Ada dua
sensor gyroscrope yang digunakan untuk mendeteksi arah goyangan lensa dan
kamera. Informasi ini kemudian dipakai oleh prosesor didalam lensa untuk
melakukan kompensasi sehingga melawan goyangan, caranya adalah dengan
menggerakkan elemen lensa tertentu (floating elemen). Ini ibaratnya bermain
tarik-menarik. Shake menarik, floating elemen mendorong dan sebaliknya.
Hasilnya adalah stabilitas.
Secara
teori, teknologi Image Stabilizer dan Vibration Reduction mampu menghemat
exposure sebanyak empat stop. Dalam bahasa mudah artinya adalah kita bisa
memakai lensa 100mm tanpa tripod dan menggunakan shutter speed yang lambat
sampai 1/8 detik (atau 1/15 detik di kamera APSC) dan tetap menghasilkan foto yang
tajam (asal subyek foto juga diam). Secara praktek, anda bisa mencoba lensa
IS/VR yang anda miliki dan menguji sampai seberapa lambat shutter speed yang
bisa dipakai dan footnya tetap tajam.
Konsekuensi IS dan VR Lainnya
Perlu
diingat bahwa IS dan VR akan membuat baterai kamera lebih boros, jadi saat
tidak dibutuhkan sebaiknya matikan untuk menghemat baterai. Kita juga sebaiknya
mematikan IS dan VR saat kamera terpasang pada tripod, pertama karena mubazir dan kedua karena
tidak semua lensa IS/Vr dilengkapi auto tripod detector sehingga kadang lensa
malah menjadi bingung.
Mode pada lensa IS
dan VR
Di
lensa Canon terbaru, Image Stabilizer memiliki tiga mode:
Mode 1:
Mode ini dipakai untuk mengatasi shake secara umum. Mode ini bisa dipakai pada
mayoritas situasi
Mode 2:
Mode ini dipakai saat memotret panning. Sensor IS akan mengatasi shake yang
arahnya keatas dan kebawah dan mengabaikan arah goyangan kanan-kiri, sehingga
kita bisa memotret panning dengan lebih halus.
Mode 3:
Mode ini relatif hanya ada di teknologi lensa IS terbaru. Khusus dirancang
untuk fotografer sport. Di mode 3, IS hanya akan aktif saat tombol release
shutter dipencet penuh (bukan separuh).
Khusus
lensa Canon EF 100mm f/2.8 Macro, tersedia fitur bernama Hybrid IS. Dirancang
untuk mengatasi shake saat lensa berada sangat dekat dengan subyek foto.
Di
lensa VR Nikon terbaru, Vibration Reduction memiliki 3 mode:
Mode
Normal: Digunakan untuk mayoritas situasi. Mode normal pada lensa VR Nikon juga
mendeteksi panning secara otomatis.
Mode
Active: Mode ini dipakai saat kita memotret dari posisi yang bergerk. Bisa jadi
saat kita nangkring diatas mobil, motor atau ikut berlari mengikuti anak yang
mau kita foto.
Mode
Tripod: Dipakai saat kamera ada diatas tripod yang stabil. Mode ini hanya ada
di lensa tertentu, terutama di lensa super tele: Nikon 400mm, 500mm dan 600mm
(cleguk). Di Nikon, auto tripod detection tersedia di lensa tele: Nikon 200mm
f/2, 300mm f/2.8 dan 200-400mm f/4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar