Kamis, 12 Mei 2016

Memahami Image Stabilizer dan Vibration Reduction

Teknologi image stabilizer (Canon) atau vibration reduction (Nikon) dibuat untuk mengkompensasi goyangan (shake) kamera saat kita memotret supaya fotonya lebih tajam. Sehebat dan semahal apapun lensa, saat kamera mengalami shake maka hasil foto akan berkurang ketajamannya.

Salah satu aturan tradisional foto tetap tajam meskipun kita memotret tanpa tripod adalah dengan menggunakan shutter speed yang mendekati focal length lensa. Sebagai contoh saat memotret dengan lensa 100mm, maka dengan menggunakan shutter speed 1/100 detik atau lebih cepat foto akan lebih. Saat memakai kamera crop (APSC), aturan tradisional tersebut juga berubah mengikuti crop factor. Jadi saat memakai kamera crop dengan lensa 100mm, kita membutuhkan paling tidak shutter speed 1/160 detik atau lebih cepat.

Teknologi Image Stabilizer & Vibration Reduction    
    
Permasalahan utama dengan aturan tradisional diatas adalah saat mengambil foto di kondisi low light. Saat berada di ruangan yang remang, akan sangat susah mencapai shutter speed yang cukup cepat. Mungkin bisa dengan menaikkan ISO, namun bukan jaminan dan ISO yang super tinggipun kadang membuat foto hilang ketajaman karena foto terlihat soft.


Untuk mengatasinya, produsen kamera dan lensa menciptkan teknologi Image Stabilizer (IS di Canon) atau Vibration Reduction (VR di Nikon), merk lain menamai teknologi ini dengan istilah lain dan metodenya juga berbeda-beda, kita ambil 2 merk utama dulu ya. Pada intinya, teknologi IS dan VR akan menstabilkan posisi elemen-elemen optik didalam lensa relatif terhadap goyangan kamera, sehingga memungkinkan kita menggunakan shutter speed yang rendah dan fotonya tetap tajam.

Menggunakan Image Stabilizer / Vibration Reduction


Saat kita menggunakan lensa yang dilengkapi dengan IS atau VR, aktifkan fitur IS/VR dengan memilih selektor. Saat IS/VR di posisi ON mereka akan mulai aktif setiap kali kita memencet tombol shutter release separuh, ini ditandai dengan suara berputar lembut dari dalam lensa.

Ada dua sensor gyroscrope yang digunakan untuk mendeteksi arah goyangan lensa dan kamera. Informasi ini kemudian dipakai oleh prosesor didalam lensa untuk melakukan kompensasi sehingga melawan goyangan, caranya adalah dengan menggerakkan elemen lensa tertentu (floating elemen). Ini ibaratnya bermain tarik-menarik. Shake menarik, floating elemen mendorong dan sebaliknya. Hasilnya adalah stabilitas.

Secara teori, teknologi Image Stabilizer dan Vibration Reduction mampu menghemat exposure sebanyak empat stop. Dalam bahasa mudah artinya adalah kita bisa memakai lensa 100mm tanpa tripod dan menggunakan shutter speed yang lambat sampai 1/8 detik (atau 1/15 detik di kamera APSC) dan tetap menghasilkan foto yang tajam (asal subyek foto juga diam). Secara praktek, anda bisa mencoba lensa IS/VR yang anda miliki dan menguji sampai seberapa lambat shutter speed yang bisa dipakai dan footnya tetap tajam.

Konsekuensi IS dan VR Lainnya
Perlu diingat bahwa IS dan VR akan membuat baterai kamera lebih boros, jadi saat tidak dibutuhkan sebaiknya matikan untuk menghemat baterai. Kita juga sebaiknya mematikan IS dan VR saat kamera terpasang pada tripod, pertama karena mubazir dan kedua karena tidak semua lensa IS/Vr dilengkapi auto tripod detector sehingga kadang lensa malah menjadi bingung.

Mode pada lensa IS dan VR              
Di lensa Canon terbaru, Image Stabilizer memiliki tiga mode:

Mode 1: Mode ini dipakai untuk mengatasi shake secara umum. Mode ini bisa dipakai pada mayoritas situasi

Mode 2: Mode ini dipakai saat memotret panning. Sensor IS akan mengatasi shake yang arahnya keatas dan kebawah dan mengabaikan arah goyangan kanan-kiri, sehingga kita bisa memotret panning dengan lebih halus.

Mode 3: Mode ini relatif hanya ada di teknologi lensa IS terbaru. Khusus dirancang untuk fotografer sport. Di mode 3, IS hanya akan aktif saat tombol release shutter dipencet penuh (bukan separuh).
Khusus lensa Canon EF 100mm f/2.8 Macro, tersedia fitur bernama Hybrid IS. Dirancang untuk mengatasi shake saat lensa berada sangat dekat dengan subyek foto.

Di lensa VR Nikon terbaru, Vibration Reduction memiliki 3 mode:

Mode Normal: Digunakan untuk mayoritas situasi. Mode normal pada lensa VR Nikon juga mendeteksi panning secara otomatis.

Mode Active: Mode ini dipakai saat kita memotret dari posisi yang bergerk. Bisa jadi saat kita nangkring diatas mobil, motor atau ikut berlari mengikuti anak yang mau kita foto.

Mode Tripod: Dipakai saat kamera ada diatas tripod yang stabil. Mode ini hanya ada di lensa tertentu, terutama di lensa super tele: Nikon 400mm, 500mm dan 600mm (cleguk). Di Nikon, auto tripod detection tersedia di lensa tele: Nikon 200mm f/2, 300mm f/2.8 dan 200-400mm f/4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar