Kamis, 12 Mei 2016

Cara Menggunakan Manual Fokus Dan Kapan Menggunakannya?

Kenapa harus tahu cara menggunakan manual fokus (M atau MF)? kan sudah pada canggih tuh kamera dengan teknologi autofokus terbaru? kita tidak pernah tahu kapan akan membutuhkan manual fokus, kadang saat sedang kacau autofokus pun bisa “hunting” titik fokus kesana-kemari. Manual fokus bisa jadi penolong.
Sedikit ngelantur, tahukah anda bahwa beberapa lensa mahal seperti Leica atau Carl Zeiss justru tidak memiliki fitur autofokus?

Kapan Menggunakan Manual Fokus?

Fotografer makro banyak memanfaatkan manual fokus karena memang susah mengunci fokus saat subyek foto hanya 20cm didepan lensa. Begitu pula saat kita memotret di kondisi yang tricky, seperti saat memotret subyek yang ada dibalik kaca, atau saat kita memotret subyek yang bergerak sangat cepat dan kita hanya bisa memprediksi titik fokus diarah mau kemana subyek ini akan berada.

Bagaimana Cara Melakukan Manual Fokus?

Langkah pertama. Switch ke M


Pertama-tama setel posisi focus di lensa, anda akan melihat marking bertanda M/A atau AF/MF di lensa, ganti di posisi M.


Langkah 2. Putar focusing ring

Untuk menentukan fokus, kita cukup memutar ring focusing. Di lensa biasanya ada dua ring yang bisa diputar, kalau salah satu mengubah zoom maka yang lain adalah focusing ring, putarlah yang terakhir sambil mata mengintip di viewfinder. Kadang kita harus memutar kekanan dan kekiri sambil memastikan area yang ingin kita fokuskan benar-benar tajam.


Langkah 3. Gunakan Skala Jarak

Lensa memiliki distance scale alias skala jarak di tubuhnya untuk membantu kita manual fokus, kadang saat memotret di kondisi yang gelap skala jarak ini akan sangat membantu kita memperkirakan disebelah mana focusing ring harus diputar.


Langkah 4. Manfaatkan Layar LCD Untuk Memeriksa Ketajaman

Untuk memeriksa seberapa tajam hasil foto, cek hasil foto di layar LCD dan zoom sampai besar dan arahkan di area yang kita ingin fokusnya tajam. Biasanya saat memotret wajah, kita harus memeriksa ketajaman di area mata. Zoom daerah mata dan ulangi memotret kalau hasilnya belum tajam.


Manual fokus sangat berbanding lurus dengan jam terbang, makin sering dilatih makin cepat kita bisa melakukannya dan hasiljnya juga makin akurat. Fotografer veteran kadang bahkan bisa mengunci fokus dengan manual fokus dalam waktu kurang dari satu detik. Selamat mencoba.

Tips Foto Zoom Blur atau Zoom Burst

Foto zoom burst atau zoom blur adalah foto yang dihasilkan dari efek yang sebenarnya cukup simpel. Cukup memutar ring zoom yang ada di lensa sambil mengambil exposure, maka kita akan memperoleh foto ini. Pada foto zoom blur/burst muncul garis-garis blur yang membuat subyek serasa bergerak. Saat dipakai dalam situasi yang tepat, teknik ini bisa membuat kondisi dan subyek yang biasa-biasa saja menjadi istimewa.


Apa Saja Yang Dibutuhkan
Pada intinya kita akan mengubah panjang focal selama kamera dalam proses mengambil foto. Jadi, selama shutter kamera terbuka kita akan memutar ring zoom di lensa secara manual. Jadi, pertama-tama yang kita butuhkan adalah sebuah lensa zoom dan kamera serta kesabaran ekstra untuk mau mencoba berkali-kali.

Exposure
Untuk mendapatkan efek gerakan, kita perlu memotret dengan shutter speed yang lebih rendah dibanding biasanya. Dengan hanya mengandalkan tangan, rentang shutter antara 1/4 sampai 1/10 detik biasanya cukup, kita bisa mencoba shutter lebih lambat asal punya tripod. Set kamera di shutter priority (Tv atau S) dan cobalah beberapa setting yang berbeda sampai puas dengan hasilnya.

1/13 detik, f/2.8 ISO 640

Fokus
Kalau anda baru mulai mencoba, tetapkan sebuah subyek sebagai titik fokus di tengah frame sebagai latihan. Anda bisa menggunakan manual fokus atau menggunakan back button focusing

Zooming
Set lensa di posisi zoom terpanjang dan tempatkan subyek utama di tengah frame. Sambil tangan kanan memencet shutter, putarlah ring zoom sehingga focal length lensa memendek, untuk percobaan pertama, gerakkan ring zoom secara lembut. Kita tidak harus memuta ring sampai habis. Pada percobaan berikutnya, silahkan gerakkan dengan cepat (namun sestabil mungkin). Lihat perbedaan hasilnya? mana yang lebih anda sukai?

1/10, f/22 ISO 100

Peralatan Ekstra
Kalau anda memiliki tripod, alat ini adalah bisa dipakai untuk menstabilkan bagian tajam foto sehingga garis yang blur namun bentuknya masih lurus. Dengan tripod kita juga bisa mencoba teknik zoom burst di malam hari saat memotret dengan tangan hampir mustahil.

Ilustrasi: Mengenal Bagian Utama Sebuah Lensa


Gambar diatas adalah ilustrasi untuk lensa Canon 24-70mm L series, dan lensa yang anda miliki bisa jadi memiliki bagian yang berbeda namun pada intinya sebuah lensa memiliki kesamaan fungsi dan nama.

Dari beberapa bagian tersebut, kalau kita telaah lebih lanjut:

1. Elemen depan adalah optik bagian depan lensa.
2. Aperture/ diafragma adalah bilah yang melebar atau menyempit mengikuti setting aperture kita. Baca lebih jauh tentang makna aperture dalam lensa.
3. Marking adalah notasi penanda lensa, anda bisa membaca lebih jauh mengenai notasi penamaan untuk lensa Canon, lensa Nikon dan lensa third party seperti Sigma/Tamron/Tokina.
4. Focusing ring diputar untuk menggerakkan titik fokus saat kita menggunakan manual fokus
5. Auto/Manual Fokus switch dipakai untuk mengganti mode focus langsung di lensa. Mekanismenya bisa berbeda dari satu lensa ke lensa lain.
6. Zoom ring digunakan untuk mengubah focal length di lensa zoom
7. Skala depth of field/ distance berguna saat kita menggunakan hyperfocal distance atau manual fokus
8. Rentang zoom adalah rentang focal length lensa

Arti Singkatan Dalam Lensa Third Party: Sigma, Tamron dan Tokina

Lensa third party seperti Sigma, Tamron atau Tokina adalah alternatif terjangkau bagi kebutuhan fotografi kita. Dalam artikel sebelumnya, kita sudah membahas arti singkatan dalam lensa Nikon maupun lensa canon, sekarang gilirannya lensa Sigma, Tamron dan Tokina. Berikut beberapa singkatan yang sering kita temui dalam lensa third party dan penjelasan singkatnya, untuk kemudahan hanya Sigma, Tamron serta Tokina yang akan dibahas disini:

Lensa Sigma



-          EX – Lensa EX adalah lensa kelas tertinggi (premium) dalam lini produk lensa Sigma.
-          DC – Lensa DC adalah lensa yang didesain khusus untuk kamera crop (APSC)
-          DG – Lensa DG adalah lensa Sigma yang didesain baik untuk kamera full frame maupun crop
-          OS – OS adalah Optical Stabilizer (ekuivalen dengan IS atau VR)
-          HSM – Hyper Sonic Motor, menggunakan teknologi motor yang lebih tidak berisik namun cepat untuk focusing.
-          ELD – Extra Low Dispersion, menggunakan elemen optik khusus yang meminimalisir chromatic aberration, flare dan ghosting
-          SLD – Special Low Dispersion, kelasnya lebih tinggi dibanding ELD
-          FLD – F Low Dispersion, menggunakan elemen low dispersion yang mengandung fluorite
-          APO – Apochromatic Lens, lensa APO dirancang untuk meminimalkan chromatic aberration
-          ASP – Aspherical Lens, lensa ini memiliki rancangan elemen yang kompleks untuk memperbaiki kualitas secara umum dan mengurangi ukuran dan berat lensa
-          IF – Inner Focusing, lensa melakukan focusing dengan menggerakkan elemen internal bukan elemen depan
-          RF – Rear Focusing, lensa melakukan focusing dengan menggerakkan elemen bagian belakang
-          CONV – Lensa ini bisa dipakai dengan teleconverter

Lensa Tamron



-          Di – Digitally Integrated, lensa dengan nama ini memiliki coating yang dioptimalkan untuk kamera digital
-          Di-II – seperti Di, hanya khusus untuk kamera crop (APSC)
-          Di III, lensa ini khusus didesain untuk kamera mirrorless
-          USD – Ultrasonic Silent, mirip USM, SWM. Tidak berisik dan cepat dalam autofokus
-          PZD – Piezo Drive, sama dengan USD tapi penggeraknya adalah motor piezoelectric 
-          VC – Vibration Compensation, teknologi stabilizer Tamron, sama dengan IS, VR
-          New VC – teknologi VC yang diperbarui
-          SP – Super Performance, lensa premium miliki Tamron
-          XR – Extra Refractive, lensa wide angle dengan desain khusus sehingga ukurannya lebih kecil
-          LD – Low Dispersion, lensa ini memakai elemen yang meminimalkan chromatic aberration
-          ZL – Zoom Lock, lensa ini bisa dikunci zoomnya jadi barrel lensa tidak bergerak sendiri
-          IF – Internal Focus, bagian depan lensa tidak memutar saat focusing.
-          ASP – Aspherical Lens, dirancang untuk memiliki kualitas tinggi dan ukurannya bisa lebih ramping

Lensa Tokina

-          DX – didesain untuk kamera crop (APSC)
-          PRO – lensa kelas profesional (premium) dari Tokina
-          FX – lensa ini didesain untuk kamera full frame, namun juga bisa dipakai kamera crop
-          ED – Extra Low Dispersion, elemen khusus untuk meminimalkan cacat optik lensa
-          SD – Super Low Dispersion, seperti ED namun kelasnya lebih tinggi
-          HLD – High Refraction Low Dispersion, lensa ED namun dirancang khusus supaya ukurannya tidak besar
-          AS – menggunakan elemen aspherical untuk meningkatkan kualitas foto
-          FC – Focus Clutch, mengganti antara manual focus dan auto focus secara cepat
-          IRF – Internal Rear Focus, lensa melakukan focusing dengan menggerakkan elemen belakangnya
       FE – Floating Elements, dirancang khusus untuk meminimalkan astimagtisme

-         

Mengenal Lensa Fisheye

Lensa ini dinamai fisheye karena bentuk fisiknya yang menyerupai mata ikan, dengan bagian depan optik yang menyembul keluar. Lensa fisheye merupakan jenis lensa ultra wide-angle yang menghasilkan distorsi visual yang disengaja untuk menghasilkan foto lebar panoramik atau hemisperik. Hal penting yang membedakan lensa fisheye dengan jenis lensa lainnya adalah bahwa dari sudut pandang desain produksi, distorsi yang dihasilkan lensa fisheye ini tidak perlu dikoreksi.


Kalau melihat kegunaan dan mekanismenya, terdapat tiga jenis lensa fisheye: circular fisheye, diagonal/full frame fisheye dan lensa fisheye zoom. Mari kita perdalam satu persatu:

1. Circular Fisheye


Lensa circular fisheye ini memproyeksikan sudut pandang 180 derajat dan menghasilkan gambar melingkar di hasil akhir foto. Jenis lensa ini cukup jarang dipakai, biasanya dipakai untuk memonitor cuaca agar bisa melihat langit secara keseluruhan.

Beberapa lensa circular fisheye:

– Sigma 8mm f/3.5 EX DG (untuk kamera full frame)
– Peleng 8mm f/3.5 (Untuk kamera full frame)
– Sigma 4.5mm f/2.8 EX DC Fisheye HSM (untuk kamera crop APSC)



2. Diagonal/Full Frame Fisheye


Lensa diagonal fisheye adalah jenis lensa fisheye yang memanfaatkan semua area sensor. Lensa diagonal fisheye ini tidak memiliki cakupan 180 derajat, namun memenfaatkan semua area sensor agar bisa menampilkan gambar selebar mungkin. Hasilnya adalah foto biasa namun dengan cakupan super lebar. Dibandingkan circular fisheye, jenis ini lebih banyak dipakai. Lensa ini juga dikenal dengan full frame fisheye dan biasanya memiliki panjang focal sekitar 15mm pada kamera full frame atau sekitar 10mm pada kamera crop APSC.
Beberapa lensa fisheye full frame/diagonal untuk kamera crop APSC:

– Samyang 8mm f/3.5 fisheye
– Sigma 10mm f/2.8 EX DC fisheye HSM
– Nikon AF DX 10.5mm f/2.8G ED
Beberapa lensa fisheye full frame/diagonal untuk kamera full frame:
– Canon 15mm f/2.8 (diskontinyu)
– Sigma 15mm f/2.8 EX DG Diagonal Fisheye
– Zenitar 16mm f/2.8 Fisheye

3. Lensa Fisheye Zoom

Canon baru saja merilis lensa zoom yang mencakup keseluruhan rentang fisheye, dari 8mm sampai 15mm. Lebih tepatnya lensa 8–15mm f/4L. Lensa ini cukup mahal dan ditilik dari bukaan terbesarnya, sebenarnya cukup lambat namun dengan membeli lensa ini, orang bisa mendapatkan dua jenis fisheye sekaligus: circular dan diagonal.

Memotret Dengan Lensa 400mm Dengan Lighting iPhone dan Metode Brenizer

Fotografer Kanada, Ben von Wong baru saja menerima kiriman sampel lensa Nikon 400mm f/2.8 untuk dicoba. Meskipun lensa super tele ini biasanya dipakai untuk memotret sport atau wildlife, Von Wong nekad menggunakannya untuk memotret model.


Cara yang dipilih Von Wong lumayan unik, dia memanfaatkan lensa 400mm untuk mencoba sebuah teknik bernama Metode Brenizer. Metode ini pada intinya adalah memotret puluhan frame dengan lensa tele yang diset di aperture maksimalnya, lalu puluhan frame tersebut dijahit menjadi satu seperti layaknya kita menggabungkan beberapa foto untuk panorama. Hasilnya adalah sebuah foto dengan depth of field super sempit namun memiliki angle yang lebar seperti lensa lebar (wide angle).


Foto diatas dihasilkan Von Wong dengan 36 foto yang dirangkai menjadi satu. Yang lebih unik lagi, karena pemotretan dilakukan di pada malam hari dan diatas atap gedung dan Von Wong tidak bersiap membawa peralatan lighting sama sekali, dia memanfaatkan beberapa iPhone sebagai pengganti lampu flash untuk font light, head light dan back light. Dengan memanfaatkan kemampuan High ISO dan VR Nikon D4 yang dipakainya serta monopod yang dibawanya, dia bisa mencapai shutter speed 1/160 detik meskipun kondisinya lumayan gelap (ISO 12800 dan f/2.8).


Dalam foto diatas, Von Wong memperlihatkan bagaimana iPhone (mode flashlight) dipakai untuk menerangi wajah modelnya. Berikut beberapa foto lain .





3 Teknik Kreatif Memotret Gerakan

Tidak semua foto harus terlihat tajam dan foto blur juga belum tentu jelek. Saat kita ingin menunjukkan betapa dinamisnya sebuah subyek foto, kita bisa membuat blur secara disengaja untuk menunjukkan pergerakan dan kecepatan subyek. Saat kita memotret panning sebuah motor, orang akan tahu motor tersebut sedang bergerak.

Ada tiga cara untuk menunjukkan gerakan dalam sebuah foto: panning, memanfaatkan long exposure dan teknik zooming. Mari kita ulas satu persatu:

1. Panning       
Teknik panning adalah saat kita memotret sambil menggerakkan kamera mengikuti arah gerakan subyek. Subyek yang kita ikuti akan terlihat lumayan tajam sementara lingkungan sekitar akan terlihat blur sehinnga memunculkan kesan motion (gerakan).

-          - Set kamera di mode shutter priority
       - Berapa detik exposure yang dipakai ditentukan oleh kecepatan subyek, memotret panning orang jogging misalnya butuh 1/20 detik sementara balap mobil bisa 1/100 detik
-          - Antisipasilah titik fokus subyek lalu gunakan manual fokus
-          - Cara menggerakkan lensa tentu harus selembut mungkin mengikuti gerakan subyek, dan arahnya hanya horisontal, jadi hasil foto panningnya masih enak dilihat (kecuali anda berkehendak lain)
-          - Jangan terlalu crop ketat dikamera, nanti subyek malah terpotong. Kasih ruang untuk gerakan subyek, crop di photoshop nanti
-          - Latihan memegang kunci, trial and error kadang adalah sahabat terbaik kita
contoh foto panning:

1/15 detik, f/13, ISO 400

2. Long Exposure
Foto long exposure dihasilkan saat kita memotret dengan shutter speed lambat. Long exposure membutuhkan waktu exposure yang biasanya jatuh diangka 1/10 detik atau lebih lambat.
Saat memotret long exposure kita membutuhkan tripod yang kuat, remote shutter untuk mengindari shake serta butuh waktu. Waktu dibutuhkan untuk mengulang jika kita belum puas.
Long exposure tidak melulu berarti memotret malam hari. Memotret air terjun, laut atau sungai disiang hari dengan air bergerak (dan awan bergerak) menjadi terlihat seperti serat kapas juga termasuk long exposure. Begitu juga foto bulb, star trail, light trail, light painting dan sebagainya. Intinya kita membutuhkan waktu exposure yang lama, supaya benda bergerak terlihat blur.

berikut contoh foto long exposure:
 2,5 detik, f/20, ISO 100

3. Zoom Blur
Cara ketiga adalah dengan mencoba teknik zooming dengan lensa untuk menunjukkan pergerakan subyek. Teknik ini tentu hanya bisa dilakukan dengan lensa.

Berikut  contoh foto zoom blur:
 
1/50, f/4, ISO 100
Nah, selamat melatih salah satu teknik diatas.















contoh foto panning:

Tips Foto: Light Painting Alias Melukis Dengan Cahaya

Pernah mencoba memotret dengan teknik light painting? kalau belum anda harus mencobanya. Memotret dengan teknik light painting adalah hal yang sangat mengasyikkan dan salah satu penggunaan kreatif shutter speed. Dalam fotografi light painting, kita membuka shutter dalam waktu yang cukup lama (long exposure), memotret dalam kegelapan dan mengarahkan sumber cahaya terarah (misal lampu senter) pada beberapa titik obyek foto dalam rentang sepanjang shutter terbuka.


Teknik foto light painting atau light graffiti tidak membutuhkan banyak biaya, hal utama yang membedakan foto light painting bagus dan yang biasa-biasa saja adalah kreatifitas dan kemauan kita untuk mencoba. Dengan teknik ini, kita menggunakan sumber cahaya sebagai kuas layaknya lukisan.

Tujuan utama teknik foto “melukis dengan cahaya” adalah kita menerangi beberapa area atau titik pada obyek sehingga hanya daerah yang diterangi tersebut yang terekam di foto. Penggunaan kreatif lain adalah untuk membentuk pola cahaya yang unik. Semua tergantung visi anda.

Apa Saja Yang Dibutuhkan?

Beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk mencoba teknik ligh painting:
1. Sebuah kamera dengan kontrol manual, terutama yang dilengkpai dengan mode bulb. Ini diperlukan karena waktu exposure bisa diatas 30 detik. Sebagai contoh, foto mobil diatas dihasilkan dengan 113 detik
      2. Sebuah tripod
3. Sumber cahaya: lampu senter, flash eksternal, lampu belajar, obor elektrik, lilin dll sesuai selera. Makin beragam sumber cahaya serta pilihan warnanya makin banyak opsi kreatif kita.
4. Shutter release, atau jika tidak teman yang rela memencet tombol shutter


Foto Light Painting: Uji Coba Pertama

Foto light painting bisa dicapai dengan banyak cara, namun kalau anda baru pertama kali mencoba berikut beberapa langkah awal yang bisa diikuti:

1. Cari tempat yang gelap. Anda bisa mencobanya dikamar dengan lampu dimatikan. Jika anda mencobanya di luar ruangan, usahakan tidak ada sumber cahaya lain yang masuk ke foto (memang tdak harus tapi untuk awal agar lebih mudah)
2. Tentukan obyek foto yang akan anda sinari, lalu tentukan bagaimana anda akan menyinarinya
3. Alternatif lain adalah memotret pola sumber cahaya: anda bisa menggunakan lampu senter untuk 4. menulis kata atau meniru bentuk tertentu
      4. Set kamera di posisi bulb mode, artikel ini membahas mode bulb secara tuntas
5. Gunakan aperture yang moderat. Antara f/4 sampai F/8 adalah pilihan awal yang bagus
6. Gunakan kabel release shutter lalu kunci di posisi lock, kalau anda tidak memiliki kabel release cari teman yang mau memencetkan tombol shutter sesuai waktu exposure yang dibutuhkan
7. Sekarang mulailah gunakan sumber cahaya untuk menerangi beberapa titik/area obyek foto atau mulailah membuat bentuk sesuai keinginan anda tadi
8. Usahakan anda tidak berdiri antara sumber cahaya dan lensa, kalau cahaya dari lampu ke lensa terhalang oleh badan anda maka hasil foto akan tampak ada siluetnya
9. Usahakan lama penyinaran antara satu titik ke titik lain sama waktunya agar hasil foto tampak lebih halus
10. Setelah selesai ‘melukis”, lepaskan tombol shutter (atau kabel release)

Lihat hasil akhir foto, kalau anda belum puas dengan foto akhir, ulangi lagi. Kadang diperlukan beberapa kali usaha untuk menentukan waktu exposure yang bagus sesuai dengan kekuatan sumber cahaya anda.